Ekspetasi membuat manusia mengharapkan sesuatu yang belum pasti. Segala hal yang bersifat tidak pasti adalah awal dari kesedihan dan bahkan kekecewaan. Setiap kali berbuat baik, kita berekspetasi untuk juga diperlakukan sama oleh orang lain. Setiap kali berkorban, tidak jarang kita berekspetasi untuk dihargai oleh manusia lain. Padahal, kenyataan tidak selalu ada untuk menyenangkan kita. Tidak jarang kita merasa marah dan putus asa.

Kalau dipikir lagi, kenapa ya waktu itu saya berbuat baik? 
ADVERTISEMENT
Atau, kenapa ya saya bisa-bisanya mengorbankan hal-hal ini untuk orang lain? 
Pertanyaan yang bersifat penyesalan pun muncul, tidak jarang dan bersifat sering lebih tepatnya. Ada sesuatu yang ingin ditarik kembali, baik perbuatan maupun perkataan yang telah dilakukan maupun diucapkan. Hal-hal ini juga disertai dengan asumsi bahwa sebenarnya orang lain hanya ingin untung sendiri, sedangkan kita merugi. Kita menjadi manusia yang seakan-akan sibuk mencari kesalahan orang lain. Padahal kita lupa, kalau tidak ada manusia yang sempurna di dunia, termasuk kita. 

Ekspetasi membuat kita mudah menilai bahkan sampai mengadili. Padahal kita bukan siapa-siapa, bukan Tuhan.
ADVERTISEMENT
Kita menjadikan diri seolah-olah paling tahu, paling besar, bahkan paling benar. Kita lupa kalau realita diciptakan untuk membentuk kita, bukan sekedar untuk membahagiakan kita. 

Lalu, harus apa? Harus bagaimana? Harus jadi apa? 
ADVERTISEMENT
Pertanyaan-pertanyaan itu seolah-olah terasa sulit untuk dimaknai, bahkan dicari jawabannya sekalipun. Kita sadar, kita manusia yang terbiasa disuguhkan rasa aman dan nyaman sejak dulu. Apabila berbuat baik, maka orang lain juga akan melakukan hal demikian. Namun, kita salah. Tidak semua orang adalah orang yang kita harapkan. Ekspetasi lahir dari sebuah pengharapan yang ternyata tidak menghasilkan apa-apa.

Kuncinya hanya satu, jangan berekspetasi pada manusia manapun. Apabila berbuat baik, maka berperilakulah baik. Jangan ada sesuatu yang mengganjal, jadilah orang yang tulus.
Terasa sulit? Memang, tapi harus dilakukan! Sesudah kita tahu bahwa ekspetasi mengecewakan, maka janganlah mengharapkan apapun pada siapapun. 

Percaya, ini memerdekakan jiwa.
Ketika kita melakukan segala sesuatunya dengan tulus, maka tidak ada lagi ekspetasi atau pengharapan pada manusia manapun. Kita tidak dibayang-bayangi rasa ingin dihargai dan seketika kita menjadi lebih bebas. Terlepas dari segala rasa yang bersifat semu, kita menjadi lebih kuat dan tidak takut. Ketulusan telah memerdekakan jiwa dan pikiran dari ekspetasi yang mengecewakan.