Bagi orang yang sering mengalami depresi atau kesedihan, dia mungkin akan berpikir bahwa kondisi seperti itu tidak adil bagi dia.
Ketika dia sedang mengalami depresi, dia mungkin mengeluh, "Ini tidak adil! Mengapa harus aku? Mengapa harus aku yang salah?". Dia merasa bahwa dunia ini tidak berpihak kepadanya, selalu berpihak kepada orang lain, tidak adil bagi dirinya.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, apakah hidup itu memang benar-benar tidak adil? Apakah mengeluh hidup itu tidak adil, hanya berlaku jika suatu masalah menimpamu? Apakah kamu pernah mengeluh, hidup itu tidak adil jika suatu masalah menimpa orang lain?
Kita harus merenungi dengan baik-baik dan secara mendalam tentang hidup ini. Jika kita sudah merenungi hidup ini secara mendalam, maka pikiran "hidup itu tidak adil" pun akan lenyap. Dan dengan seketika, pikiran seperti itu ditransformasikan menjadi "hidup itu adil".
Ada sebuah kisah tentang seorang narapidana yang dikurung di balik jeruji besi, meskipun dia merasa tidak bersalah. Dia sangat yakin bahwa dia tidak melakukan kejahatan yang mengantar dia ke penjara. Dia merenung kenapa dia ada di penjara meskipun dia tidak melakukan aksi kejahatan pada kasus yang ditimpa kepadanya, dan dia benar-benar merasa tidak bersalah.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, dia pun sadar terhadap keadaannya. Dia mengingat banyak kejahatan yang telah ia lakukan, dan pada saat itu dia tidak ditangkap dan dikurung di penjara. Dia sudah mengerti betul, mengapa dia ada di penjara.
Inilah yang disebut dengan hukum karma atau hukum sebab-akibat. Sebuah hukum yang berlaku universal dan bekerja pada dunia ini. Karma sendiri merupakan perbuatan yang kita lakukan, yang dilandasi oleh niat. Ketika kamu melakukan suatu perbuatan dengan niat, baik itu yang baik atau yang buruk, kamu akan mendapatkan hasil dari perbuatan itu. Jika ada akibat, maka ada sebab.
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang merampok barang milikmu, mungkin perampok itu setelah beberapa saat akan dihakimi massa atau ditangkap polisi dan dikurung di penjara. Perampok itu telah merasakan akibat dari perbuatannya. Akan tetapi, ada kemungkinan perampok itu berhasil melarikan diri dan terhindar dari tangkapan polisi. Pada saat itu, perampok itu belum merasakan akibat dari perbuatannya, bukan tidak merasakan akibatnya. Inilah yang kita sebut sebagai karma yang belum berbuah, perbuatan yang belum membuahkan akibat.
Mungkin 10 tahun yang akan datang, perampok itu mengalami kejadian buruk yang sangat menyakitkan, misalnya kecelakaan yang hampir merengut nyawanya atau penyakit yang berkepanjangan. Pada saat itulah, karma telah berbuah dan perampok itu telah merasakan akibat dari perbuatan masa lalunya. Barang milikmu yang dirampok pun bisa jadi akibat dari perbuatanmu yang lalu.
Nah, sekarang sudah jelas bahwa bibit apapun yang kamu tanam, buah dari bibit tersebutlah yang akan kamu petik. Dengan kata lain, perbuatan apapun yang kamu lakukan, akibat dari perbuatan itulah yang akan kamu alami. Sudah berapa sering kita melakukan kejahatan, baik itu kejahatan besar maupun kecil, tetapi kita tidak dibuat menderita olehnya?
Pernahkah kita merenung, "Ini tidak adil! Mengapa saya tidak dihukum? Mengapa saya tidak ditangkap?". Semua perbuatan itu pasti ada akibatnya, hanya tinggal menunggu waktu.
Jadi, buat apa lagi kita mengeluh "hidup itu tidak adil"? Keluhan tersebut tidak ada gunanya, sia-sia, dan buang-buang waktu. Lebih baik waktu yang kamu gunakan untuk mengeluh itu, digunakan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, yang akan membuat kamu bersemangat dan bangkit dari rasa depresi. Maka dari itu, berhentilah mengeluh dan sadarilah bahwa hidup itu tidak adil.