6 Alasan Bahwa Kemungkinan Kamu Nggak Butuh Foto Prewedding, Bukankah Sah Saja Itu Lebih Penting?
Dewasa ini persiapan pernikahan tak bisa lepas dari satu sesi prewedding. Kebanyakan pasangan berlomba-lomba mencari konsep atau tema seunik mungkin. Setidaknya hasil prewedding yang memuaskan tak hanya sebagai pelengkap dokumentasi, tapi juga jadi kebanggaan yang ditunjukkan ke kerabat dan teman. Seolah membagi rasa lelah dan bingung untuk sesi ini tak jadi masalah untuk kalian.
Sementara jika dipikir-pikir lagi, sesi prewweding sebenarnya bukan hal pokok dalam rangkaian pernikahanmu. Dibandingkan dengan persiapan akad, mulai dari KUA sampai mas kawin yang kesakralannya tak bisa diganggu gugat. Tak ada salahnya sebelum keputusan melangsukan sesi prewedding dibuat, kamu menimbangnya lagi lewat beberapa alasan ini. Supaya sesi ini tak sekadar rangkaian ikut-ikutan trend saja.
1. Biaya foto prewedding yang lebih dari 1 juta’an, bisa untuk tambahan uang muka sewa gedung, katering atau rias pengantin
Meski sesi prewedding tak memakan waktu seharian penuh. Tapi jasa fotografernya tak bisa dianggap murah. Paling tidak kamu harus merogoh kocek 1 jutaan, bahkan bisa lebih kalau yang diinginkan prewedding cinematic. Belum lagi pakaian yang digunakan. Pasti kamu dan dia menggunakan kostum yang sengaja disiapkan untuk sesi ini. Bukankah menyiapkan kostum saja harus mengeluarkan uang sekurang-kurangnya 250-500 ribuan. Biaya taransportasi, makan dan lain-lain tak bisa diabaikan juga olehmu.
Paling tidak biaya bersihnya lebih dari 2 jutaan juga. Sedangkan meniadakan sesi ini bugdet pernikahan dengan sendirinya berkurang. Sebab dananya bisa kamu salurkan ke bagian lain seperti sewa gedung, katering, atau rias pengantin.
2. Kalau substansinya untuk mendokumentasi foto berdua. Bukannya nanti ada foto pas acara nikah, lalu hasil sesi prewedding ini untuk apa?
Alasan klise kebanyakan pasangan, sesi prewedding ini untuk mengabadikan momen sebelum janji suci terucapkan. Padahal logikanya, substansi prewedding sama dengan dokumentasi foto berdua. Di mana saat pernikahan nanti pun akan ada sesi foto mempelainya. Lalu hasil foto prewedding untuk apa sebenarnya? Apa hasilnya sebagai bagian dari desain undangan dan dekorasi pelaminan saja? Kamu perlu memikirkannya ulang, meski segala keputusan tetap ada di tanganmu.
3. Toh mendokumentasikan kebersamaan sebagai pasangan pun bisa lebih bebas, saat kalian resmi menjadi suami-istri
Jangan pikir sesi prewedding ini tak punya pro dan kontra. Ada yang bilang sesi ini sebenarnya tak harus dilakukan, karena kalian masih belum jadi muhrim. Apalagi kalau kamu dan dia melakukan pose-pose yang mengumbar kemesraan. Tak jadi urusan dibilang sempit pemikiran. Toh sebenarnya melakukan sesi foto atau mendokumentasikan kebersamaan kalian bisa lebih leluasa saat sudah resmi menjadi suami-istri. Mau kalian ciuman pipi kanan-kiri sampai bibirpun tak akan jadi masalah besar. Kan sudah halal!
ADVERTISEMENT
Mengingat omongan orang munculnya selalu diluar perkiraan. Kamu dan dia menganggapnya biasa, tapi belum tentu untuk orang lain. Bukankah cari aman lebih baik juga?!
4. Sebab inspirasi cara menjalani hubungan kalian tak sekonyong-konyong dilihat dari sesi prewedingnya saja
Biar jadi pasangan paling inspiratif
Tak salah sebenarnya membuat konsep sedemikain unik untuk serangkaian acara nikah, termasuk prewedding. Tapi cukup lucu kalau niatmu mengusung konsep unik ini hanya untuk menyandang pasangan inspiratif. Sebab terlalu sempit kalau kata inspiratif disematkan hanya dari itu saja. Harusnya inspiratif itu persoalan bagaimana kalian menjalani hubungan dari tahap pengenalan sampai pernikahan. Bahkan tak berhenti di proses pernikahannya saja, tapi juga sampai kalian mangarungi bahtera rumah tangga.
5. Persiapan hari H pernikahan saja memakan waktu dan tenaga cukup banyak, kenapa kamu harus pusing serta lelah lagi mengurusi sesi prewedding
Mengurus surat-surat pernikahan di KUA saja tak cukup sehari dua hari. Belum lagi mencari gedung atau tempat untuk resepsi, sampai mengurus tetek bengek pernikahan yang pastinya memakan waktu berbulan-bulan. Tak sanggup untuk dikalkulasi lagi sebenarnya waktu dan tenaga yang sudah dikeluarkan. Dibilang lelah pasti, waktu untuk menikmati akhir pekan pun harus rela dikurangi.
Kalau sudah sesibuk ini mengurus prosesi pernikahan yang utamanya. Kenapa harus dibuat rumit lagi dengan sesi prewedding yang ukuran pentingnya saja masih samar-samar? Sebab memikirkan konsep atau tema unruk prewedding pun sama memusingkan dan melelahkannya.
6. Bukankah prewedding ini hasil dari budaya kekinian, yang dipakai atau tidaknya tetap tak akan mempengaruhi sah atau tidaknya pernikahan kalian
Jujur sesi prewedding ini sebenarnya tak datang dari akar budaya kita. Coba buka kembali dokumentasi pernikahan bapak-ibumu. Apa iya kamu menemukan foto-foto mereka yang ala-ala prewedding? Bukankah dokumentasinya hanya seliput prosesi acara pernikahan. Kalaupun ada foto berdua itu pun foto biasa saja. Sebab memang istilah prewedding muncul di budaya kekinian alias di generasi milenia.
Jadi dipakai atau tidaknya sesi ini sebenarnya tak akan mempengaruhi sah atau tidaknya pernikahan. Bukankah mengurangi satu beban seperti urusan prewedding bisa bantu mempelancar hari H nanti? Keputusan tetap kembali lagi ke kamu dan pasangan. Memakai boleh, tak memakaipun tak masalah.