Suku Jawa adalah suku yang paling banyak jumlah orangnya di Indonesia. Selain itu, orang-orang Jawa juga tersebar sampai ke pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua. Dominasi mereka dalam narasi tayangan televisi di Indonesia juga sangat kuat. Ini semua menjadikan mereka salah satu yang paling “eksis” di Indonesia.
Nah, sekarang Hipwee mau kasih apa aja yang sering banget dialami oleh orang Jawa, terutama orang mudanya, dalam kehidupan keluarga dan sosial, baik ketika berada di Jawa atau diluar Jawa.

1. Kamu Sering Kebingungan Kalau Harus Menggunakan Bahasa Kromo

Kalau Sama Saya, harus Pake kromo Inggil Lho Ya?!
Kalau Sama Saya, harus Pake kromo Inggil Lho Ya?! via yogyakarta.panduanwisata.com
ADVERTISEMENT
Bahasa kromo atau bahasa halus digunakan ketika kamu berbicara dengan orang yang lebih tua. Dan dalam bahasa Jawa terdapat 2 tingkatan yaitu ngoko dan kromo dan di bahasa ngoko masih ada 2 tingkatan yaitu ngoko alus dan ngoko basa. Di bahasa krama juga terdapat 2 tingkatan yaitu kromo madya dan kromo alus.
Kalau sampai salah dalam penggunaan tata bahasa, siap-siap dianggap anak kurang ajar oleh para sesepuh.
Simbah: “Kowe piye kuliahe? Wis rampung?” (Kamu gimana kuliahnya? Udah selesai?)
Kamu: *cuma tahu Bahasa Jawa ngoko, bingung jawabnya* *akhirnya cuma jawab dengan senyuman*

2. Kamu Pun Sering Kagok Saat Harus Minta Maaf Ke Orang Tua Saat Lebaran

Sungkeman
Sungkeman via www.presidenri.go.id
ADVERTISEMENT
Kamu cuma hapal, “Sugeng Riyadi. Sedaya lepat nyuwun pangapunten”
Please, jangan tanya versi lengkapnya. Kamu gak hapal.
PLEASE, jangan ingatkan juga kalau besok setelah berkeluarga kamu harus minta maaf mewakili keluargamu sendiri pakai Bahasa Jawa. Bayanginnya aja kamu gak sanggup.

3. Biar Gak Malu-Maluin, Kamu Harus Google-ing Biar Gak Salah Ngomong

Googling dulu biar gak salah ngomong
Googling dulu deh biar gak salah ngomong via www.tribunnews.com
Search: Cara minta maaf saat lebaran dalam Bahasa Jawa
Kemudian kamu akan mengucapkannya dengan kagok dan terpatah-patah

4. Waktu Dipanggil nama, Kadang Kamu Reflek Bilang: “Dalem?”

Hayoh!! Yang Bener Jalannya!!
Hayoh!! Yang Bener Jalannya!! via krjogja.com
Kalau dipanggil orang tua, si anak harus menjawab ‘Dalem” atau “Kula” ini juga berlaku ketika dipanggil oleh orang yang terhormat.  Saking terbiasanya, kebiasaan ini sering  terbawa ketika berinteraksi dengan teman-teman. Contoh:
Dira: “Mon, Mon, Monik.”
Monik:”Dalem”
Dira: “Ha? didalem kenapa Mon?”

5. Gak Cuma “Dalem?” Kamu Pun Biasa Menunduk Saat Lewat Di Depan Orang Lain

Kebiasaan nunduk
Kebiasaan nunduk via celoteh4ti.wordpress.com
Dalam tata krama Jawa kita diharuskan untuk menundukkan badan ketika melewati orang yang lebih tua yang sedang duduk. Karena sudah terlalu biasa, kamu jadi sering kelepasan melakukan ini terus menerus. Lewat di depan teman aja nunduk.
Dianggap aneh? WES BIYASA.

6. Kamu Heran Kalau Orang Kangen Sayur Asem Atau Sayur Lodeh. Diatas Meja Makanmu, Tiap Hari Ada Deh 2 Sayur Itu

Kangen Sayur Asem
Kangen Sayur Asem via resepmasakankue.com
Sayur lodeh dan sayur asem adalah makanan-makanan yang sering dikangenin dan gak jarang dijadikan makanan favorit. Karena ini makananan sehari-harinya keluarga Jawa, kamu cuma bisa terheran-heran kalau ada orang yang bilang kangen sama sayur lodeh dan sayur asem.

7. Kamu Punya Saudara Bayi yang Harus Kamu Panggil “Mas” atau “Mbak”

Hayoo Mana Yang 'Tua' Mana Yang 'Muda' Nih?
Hayoo Mana Yang ‘Tua’ Mana Yang ‘Muda’ Nih? via img444.imageshack.us
Panggilan untuk sepupu atau saudara jauh bukan ditentukan oleh umur, tapi ditentukan oleh posisi orang tua mereka dalam keluarga.
Misal: kamu punya sepupu yang lebih muda 5 tahun dari kamu, tapi karena dia adalah anaknya kakaknya Bapak kamu atau Ibu kamu, mau gak mau kamu harus manggil dia Mas atau Mbak dan dia harus manggil kamu Dik. Kalau kalian masih kecil mungkin nurut-nurut aja, tapi ketika besar, akan kagok sendiri pas ngobrol. Contoh:
Saudara #1, 15 tahun: “Hai Mas, eh salah, Dik, apa kabar? Gimana kerjaan?”
Saudara #2, 20 tahun: ‘Baik Dik, eh salah, Mbak.”

8. Kultur Jawa yang “Pekewuhan” Membuatmu Jadi Susah Bilang “Enggak”

Gak Boleh Bilang Enggak!!
Gak Boleh Bilang Enggak!! via cdn.shopify.com
Dari kecil, kamu sudah diajarkan untuk menyenangkan hati orang lain dan selalu diajarkan agar meminimalkan pengucapan enggak. Akhirnya, sering banget kalau ingin menolak sesuatu kamu bikin kalimat yang mbulet alias muter-muter karena gak mau menyinggung hati.

9. Saat Pergi Ke Luar Pulau Jawa, Kamu Sering Diejek Karena Logatmu yang “Medhok”

Saya Ndeso, Logat Saya Masih Kental, Tapi Saya Jadi Presiden!!
Saya Ndeso, Logat Saya Masih Kental, Tapi Saya Jadi Presiden!! via politik.kompasiana.com
Orang Jawa, sering banget  digambarkan sebagai orang yang gak ngerti apa-apa soal kehidupan kota dan hal-hal moderen lainnya.
Kamu mungkin sering lihat di sinetron-sinetron atau di FTV tentang karakter dari Jawa yang logatnya masih kental, datang ke kota besar seperti Jakarta sambil pake beskap, blangkon, terus barang bawaannya dibungkus pake sarung dan langsung excited begitu melihat gedung-gedung yang tinggi, karena yang kayak gitu gak ada di daerah asalnya
“Waaaahh iki Jakarta tooo?? Dhuwur-dhuwur yoo omahe!!” (Waaaahh ini Jakarta?? Tinggi-tinggi ya rumahnya)
Gara-gara penggambaran yang seperti ini, Orang Jawa sering banget dapet stereotype orang ndeso, dan gak jarang begitu kamu pindah ke kota metropolitan seperti Jakarta dengan logat kamu masih kental kamu langsung diejek sama teman-teman kamu. Padahal, yang jadi Presiden aja seringnya orang Jawa.
ADVERTISEMENT

10. Kamu Kesel Kalau Ada Pertanyaan, “Kamu dari Jawa ya?” yang datang dari orang Bandung atau Jakarta

Kan Propinsi Kalian Masih di Pulau Jawa Juga
Kan Propinsi Kalian Masih di Pulau Jawa Juga?! via superpriyo.wordpress.com
Mari kita dengar cerita Rahma yang berasal dari Jogja. Saat dia belanja dan harus menawar di Pasar Gede Bage, tiba-tiba penjualnya bertanya:
“Dari Jawa ya Mbak?”
Dalam hatimu: BANDUNG UDAH PINDAH PULAU YA? BUKAN JAWA LAGI?