"Hei, apa kabar? Denger-denger kamu sekarang kerja di luar negeri yah."
"Enak banget Enak apanya. Gue malahan pengen nyerah pulang aja."
ADVERTISEMENT
Mungkin ada dari kita yang sekarang lagi berkarir di tanah orang, mungkin juga kita punya teman yang bekerja di luar sana. Sering kali kita mendengar betapa bahagianya mereka yang bekerja jauh disana. Tapi, apa benar berkarir di luar negeri itu enak? Ataukah menyiksa?

Sukanya?
Gaji yang lebih besar. Yes, UMR di luar sana jauh lebih tinggi daripadi UMR di Indonesia. Tapi itu juga diikuti oleh biaya hidup dan pajak yang berkali-kali lipat lebih tinggi daripada Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ijazah sangat terpakai. Sering denger: “ah ngapain sekolah tinggi-tinggi. Toh ijazah ga akan bikin kenyang?” Well, di luar negri sana, standar gaji minimum sangat ditentukan oleh jenjang pendidikanmu. Semakin tinggi ilmumu, semakin tinggi pula gaji yang kamu dapatkan.

“Nggak tersiksa di jalan”.
Ini karena sistem transportasi di luar sana sudah lebih teratur daripada di negara ini. Bahkan macetnya pun belum sampai kita harus keluar jam 5 pagi padahal masuk kantor jam 9 (kecuali kalau jarak kantornya bagaikan Jakarta-Semarang yah).
ADVERTISEMENT
Beda Bahasa.
Lho? Kenapa beda bahasa jadi suka? Iya, suka. Karena kalo dimarahin bos, kita belum tentu ngerti apa yang dia ucapkan. Hehehe… satu lagi, karena beda bahasa, kita juga bisa sambil ngurang-ngurangin dosa loh, secara ga bisa nge-gibah sama teman kerja. Orang minta kenalan aja susah, apalagi nge-gibah.

Dukanya?
Jauh dari keluarga dan teman. Kalau ada sanak keluarga yang sakit, atau ada yang berbahagia, kita yang jauh disana hanya bisa ngikutin dari video call atau chat-chat saja. Tidak bisa langsung hadir menemani. Ini berat banget sih.
Beda budaya. Tak bisa dipungkiri, budaya yang berbeda itu ga enak banget. Mulai dari perbedaan kebiasaan, cara bertegur sapa, dll. Secara tidak langsung bikin serba salah, dan salah-salah malah membangun tembok diantara kita. Bikin susah berbaur deh.
Beda bahasa. Yes. Beda bahasa juga bikin susah. Susah untuk menunjukan kemampuan maksimal kita. Di otak kita mungkin sudah terbentuk ide-ide brilliant untuk proyek yang kita rencanakan. Tapi, lidah ini terlalu kaku untuk mempresentasikannya, alhasil ide yang kita sampaikan nggak bener-bener seperti yang kita pikirkan.
(Btw, ini sharing dari temenku yang memilih kerja di luar negeri kemudian kembali ke tanah air. Katanya, kerja di luar negeri itu..) Susah cari jodoh. Kecuali kalau kita emang sengaja nyari pasangan non-Indonesian yaa~
Hehehe, kira-kira begitulah suka-dukanya kerja di luar negeri. Sebenarnya, dimanapun kita berkarir bukanlah hal yang penting. Yang terpenting adalah kita bisa menikmati setiap proses bertumbuhnya.
Cheers!