Takdirku Adalah Menjadi Teman Baikmu, #BertepukSebelahTangan Sudah Pasti Kurasakan Ketika Mencintaimu dalam Diam
Sebuah kisah klasik tentang cerita #BertepukSebelahTangan di tengah persahabatan.
Bagaimana aku harus mengatakan semuanya? Aku bingung harus memulai darimana aku menjelaskan perasaan ini. Perasaan yang membuatku bertahan menjadi teman baikmu. Aku menyukaimu sejak awal perkenalan kita dulu. Lalu rasa suka itu tumbuh menjadi sayang dan cinta di dalam hati. Aku yang tak pandai mengutarakannya, hanya bisa berdiam diri dibalik topeng persahabatan ini.
Dulu kupikir kamu adalah seseorang yang dikirim Tuhan untuk mengobati hatiku dari cintaku yang salah. Dulu kupikir kamu adalah harapan baru yang akan membuat hari-hariku kembali cerah. Dulu aku terlalu banyak menaruh harapan pada perkenalan kita, hingga aku lupa bertanya kemana arah dan tujuan perkenalan kita ini.
Aku memang menyukaimu dari awal. Tapi aku tidak memiliki kepercayaan diri yang besar untuk berharap lebih padamu. Aku merasa terlalu bodoh dan naif, berpura-pura biasa di hadapanmu namun sebenarnya kuingin memelukmu. Apakah kamu tahu rasanya jadi aku? Yang hanya bisa mencintaimu dalam diam dan doaku. Apakah tak pernah sedikitpun kamu memandangku? Atau kamu hanya pura-pura tak melihatku agar hatimu tetap miliknya?
Aku tahu kamu selalu memandangnya. Sekeras apapun aku hadir, tetap saja dia yang menjadi pemeran utamanya. Aku selalu saja menahan kesakitan ini dibalik semua rasa sayangmu padanya, Bahkan ketika kamu sudah tak bersamanya lagi, kamu masih juga enggan melihatku. Kamu malah sibuk melihat yang jauh hanya untuk mencari pengganti yang telah pergi, hingga kamu tak melihat aku yang berada di dekatmu. Apa kamu tak merasakan semua perhatian dan rasa sayangku padamu? Atau semua itu terhalang oleh tembok persahabatan kita?
Ketika kamu bilang sekarang ini kamu butuh seseorang buat menerangi hatimu yang sedang gelap, kamu bahkan melihat seseorang yang jauh di sana untuk menjadi penerangmu. Apakah cahayaku yang berada di dekatmu tak cukup menerangi hatimu itu?
ADVERTISEMENT
Kita mungkin saat ini dekat. Setiap saat bertemu hingga aku lupa jika kita bukanlah siapa-siapa. Kita mungkin saat ini dekat, tapi menggenggammu pun aku tak kuasa. Jika dari awal kita bukanlah siapa-siapa, kenapa kamu biarkan aku masuk ke dalam duniamu? Kenapa kamu yang dulunya sibuk dengan duniamu sendiri mau berbagi dunia itu denganku? Setelah kamu bagi lalu tak kamu biarkan aku masuk, hanya sampai di batas pintu duniamu saja.
Aku yang selalu berusaha hadir di setiap suka dan dukamu, selalu terkalahkan oleh seseorang yang baru hadir dan menjadi spesial di hidupmu. Kemudian aku tersadar kalau aku hanya seseorang yang biasa saja dalam hidupmu.
Sedih? Pasti sedih jika menyadari hal itu. Namun sampai kapan aku terus menangisi kepedihan dan kebodohanku ini? Cinta dan bodoh itu memang beda tipis ya. Bahkan ketika sudah tersakiti, masih saja memandang ke arah luka itu. Ingin berpindah, namun cinta itu telah mengakar dan mengikatku di dalamnya. Salahkah bila aku terus-terusan mencintaimu dalam diam?
Kamu mungkin akan menganggapku gila, tapi berkatmu aku mulai mengerti akan artinya ketulusan cinta yang tak mengharpkan untuk memiliki namun berusaha selalu hadir di setiap kesempatan. Terimakasih telah membiarkanku mencintaimu secara sepihak.