Dunia akan Dilanda Krisis Air Minum Hebat, 10 Kota Ini Paling Rentan. Jakarta Salah Satunya Lho
Kota Krisis Air Minum
Kamu mungkin satu dari sekian banyak orang yang menganggap pasokan air bersih di duniasedang baik-baik saja. Padahal kenyataannya jauh dari itu. Memang sih, sekitar 70% permukaan bumi kita ini terdiri dari air, tapi ternyata cuma 3% saja yang layak minum dan tergolong air segar. Sebuah survei yang dilakukan tahun 2014 terhadap 500 kota besar di dunia, seperti dikutip BBC, memperkirakan bahwa satu dari empat kota tersebut sedang menghadapi masalah air lho. Bahkan tahun 2018 ini, kota besar di Afrika Selatan yaitu Cape Town, diprediksi akan benar-benar kehabisan pasokan air bersihnya pada bulan Maret mendatang!
Masalah yang sebenarnya problem lama ini kalau tak dicari solusinya bersama kemungkinan akan terus bertambah parah. Bahkan prediksinya pada 2030 mendatang kebutuhan akan air tawar dunia akan lebih tinggi 40% dari cadangan yang ada. Masalah ini bisa diperparah dengan adanya perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan ulah manusia. Tentu kamu nggak mau ‘kan generasi selanjutnya bakal kesusahan buat cuma sekedar minum? Nih, Hipwee News & Feature sudah membuat daftar kota besar dunia yang akan segera mengalami krisis air minum. Simak ya biar bisa mikir bareng solusinya!
1. Jakarta: menurut perkiraan Bank Dunia, sekitar 40% wilayah di sana sedang berada di permukaan air laut
Banyak yang lupa kalau Jakarta itu termasuk kota pesisir. Seperti halnya daerah pesisir lain, Jakarta juga menghadapi ancaman kenaikan permukaan air laut yang lambat laun bisa menyebabkan kota itu tenggelam. Dilansir Kompas, saat ini diperkirakan 40% wilayah di sana sudah terendam air laut. Harusnya tiap daerah punya kantung-kantung cadangan air tanah, tapi aspal dan beton yang memenuhi permukaan ibukota membuat kantung-kantung tersebut nggak bisa melakukan isi ulang. Kondisi ini diperparah dengan ulah manusia yang menggali sumur ilegal, membuat cadangan air tanah makin berkurang.
2. London: mayoritas orang berpendapat kalau ibukota Inggris ini termasuk kota makmur yang jauh dari masalah. Padahal, nggak juga…
London punya curah hujan yang cenderung kurang, yakni sekitar 600mm. Selain rendahnya curah hujan, penduduk kota ini juga termasuk boros, kebanyakan pemborosan dilakukan dari selang-selang pipa umum yang besarnya mencapai 25%. Menurut otoritas London, saat ini penggunaan air di sana sudah makin mendekati kapasitas maksimumnya. Pada 7-22 tahun mendatang bukan nggak mungkin London akan mengalami kelangkaan air.
3. Tokyo: meski punya curah hujan cukup tinggi tapi kondisi itu cuma berlangsung selama 4 bulan dalam setahun
Meski punya curah hujan yang terbilang tinggi, tapi Tokyo cuma mengalaminya selama 4 bulan dalam setahun. Menanggapi hal ini, sebanyak 750 bangunan di Tokyo punya sistem pengumpulan dan pemanfaatan air hujan yang baik. Investasi juga dilakukan pada pipa-pipa infrastruktur, untuk mencegah kebocoran yang mengakibatkan pemborosan.
4. Beijing: Cina dihuni 20% dari total penduduk dunia, tapi malah cuma punya cadangan air tawar 7% aja!
Tahun 2014, lebih dari 20 juta penduduk Beijing cuma punya cadangan air sebesar 145 meter kubik per orang. Melansir Bank Dunia, suatu daerah dikatakan krisis air kalau setiap penduduknya punya kurang dari 1000 meter kubik per orang. Kelangkaan air ini sudah dialami China sejak tahun 2000. Selain itu, polusi parah juga membuat 40% permukaan air di sana tercemar dan jadi nggak layak dipakai untuk keperluan pertanian atau industri.
5. Istanbul: para ahli sudah memberi peringatan pada penduduk Turki kalau masalah air bisa makin gawat dan akan menyebabkan krisis air pada 2030
ADVERTISEMENT
Pasokan air di Turki secara umum memang mengalami penurunan hingga di bawah 1.700 meter kubik pada 2016. Hal ini membuat tingkat persediaan air dalam waduk kota juga turun 30% dari kapasitasnya awal 2014. Kalau nggak segera diatasi, pada 2030 situasi ini bisa makin memburuk dan berujung pada kelangkaan air.
6. Kairo: Sungai Nil yang dulu jadi sumber kehidupan banyak makhluk hidup, kini nasibnya sudah jadi muara bagi sampah pertanian dan rumah tangga
Nggak bisa dipungkiri kalau Sungai Nil jadi sumber utama dari 97% kebutuhan air di Mesir. Tapi semenjak tercemar oleh sampah pertanian dan rumah tangga, kualitas airnya jadi menurun dan nggak layak dikonsumsi. Bahkan WHO menyatakan Mesir berada di urutan teratas negara berpenghasilan menengah ke bawah dengan jumlah tertinggi kematian karena pencemaran air. PBB sendiri telah memperkirakan negara ini akan mengalami krisis air pada 2025 mendatang.
7. Moskow: menurut badan resmi terkait, 35%-60% cadangan air minum di Rusia nggak memenuhi standar sanitasi
Sebenarnya, sebanyak seperempat cadangan air tawar dunia ada di Rusia. Tapi karena era industri Soviet dulu, air di sana jadi banyak tercemar. Padahal 70% pasokan air di Moskow bergantung pada air tanah. Saat ini sekitar 35%-60% cadangan air minumnya nggak memenuhi standar sanitasi.
8. Miami: masalah utama kota ini karea air dari Samudera Pasifik merembes dan mencemari pasokan air tanah Biscayne, sebagai sumber utama air tawar
Di awal abad ke-20, pemerintah melakukan proyek pengeringan rawa-rawa yang ternyata malah mencemari kantung air tanah Biscayne. Akibatnya nggak ada lagi cadangan air tawar karena udah bercampur dengan air asin dari laut. Masalah ini sulit diatasi karena sistem penyulingan air di kota tersebut kurang baik.
9. Sao Paulo: penyebab awal krisis air di kota ini adalah karena kekeringan yang melanda bagian tenggara Brasil antara 2014 dan 2017
Seperti halnya Cape Town di Afrika, Sao Paulo di Brazil juga mengalami penurunan cadangan airsebanyak 4% di bawah kebutuhan semestinya. Otoritas negara bagian dikritik PBB soal kurangnya perencanaan dan investasi yang tepat. Usut punya usut, masalah ini berawal dari bencana kekeringan yang melanda antara 2014 dan 2017.
10. Bangalore: sejak kota ini dipromosikan sebagai pusat teknologi, pertumbuhan properti terus meningkat, membuat pemerintah kewalahan mengelola sistem air dan limbah kota
Bangalore di India dipromosikan sebagai pusat teknologi. Tapi hal itu justru membuat pertumbuhan properti di sana makin susah dikendalikan. Ditambah pipa-pipa air di sana sudah cukup tua dan butuh perbaikan agar pemanfaatannya bisa maksimal. Sebanyak 85% persediaan air di sana cuma bisa dipakai untuk irigasi dan pendinginan industri. Kualitasnya nggak layak untuk diminum.
Masalah air yang semakin hari semakin menyusut ini kalau nggak diselesaikan dan mendapat perhatian dari seluruh masyarakat dunia, jelas akan berbuah pahit. Bukan nggak mungkin anak cucu kita di masa mendatang harus bersusah payah mencari sumber air akibat krisis yang melanda. Kalau bukan sekarang, kapan lagi kita musti bertindak?!